Manusia senantiasa melakukan interaksi yang
saling mempengaruhi dengan lingkungan, terutama dengan lingkungan tempat
tinggal. Interaksi tersebut merupakan bentuk ketergantungan manusia terhadap
lingkungannya, baik dengan manusia lainnya maupun dengan alam. Seiring dengan
kemajuan IPTEK dan kebutuhan yang meningkat terhadap alam, intensitas hubungan
antara manusia dengan alam semakin tidak seimbang, sehingga menimbulkan
sejumlah kerusakan lingkungan. Manusia cenderung mengeksploitasi alam secara
berlebihan di luar kemampuan alam untuk memulihkan dirinya.
Walaupun IPTEK dianggap sebagai alat bagi
manusia untuk mengeksploitasi alam, namun IPTEK juga dikembangkan manusia untuk
mengelola alam atau lingkungan guna pelestariannya. Kesadaran manusia yang
semakin meningkkat, mendorong munculnya sejumlah upaya untuk mengembangkan
IPTEK yang dapat meminimalisasi kerusakan yang ditimbulkan, sehingga lingkungan
dapat lestari fungsinya dalam mendukung dan memenuhi kebutuhan manusia.
ILMU PENGETAHUAN
Menurut Robert Shaw dan Janet Shaw
(1970), Ilmu (Science) adalah 1) Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar dan
eksperimen, 2) Keseluruhan daripada kebenaran-kebenaran utama yang teratur,
diperoleh karena pengetahuan sebab akibat dan dapat dibedakan dengan ilmu karena
sudut pandangannya. Selain itu, definisi ilmu (science) dari International
webster’s Dictionary (1987) “Science is accumulated knowledge which is
systemized and formulated with reference to the discoveries of general truth or
the operation laws” terungkap bahwa secara sederhana ilmu adalah pengetahuan
yang sudah diklasifikasi, diorganisasi, disistematisasi dan diinterpretasi yang
menghasilkan kebenaran objektif yang sudah diuji dan dapat diuji ulang secara
ilmiah.
Istilah pengetahuan dalam keseharian
memiliki konsep “knowledge”, bukan termasuk dalam konsep “science”. Pengetahuan
dapat diartikan sebagai segala hal yang diketahui dan diperoleh berdasarkan
pengalaman-pengalaman (knowledge). Menurut ahli sosiologi, Soekanto (1975)
mendefinisikan pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil
penggunaan pancainderanya, yang berbeda sekali dengan kepercayaan (beliefs),
takhayul (superstitions) dan penerangan-penerangan yang keliru (mis
informations).
Dari berbagai uraian diatas, nampak
ilmu pengetahuan merupakan produk budaya manusia. Banyak pengalaman, tantangan,
masalah selalu mengintai manusia dalam perjalanan hidupnya menjadi terakumulasi
dalam suatu bentuk pengetahuan yang kemudian secara ilmiah dan sistematis
menjadi ilmu. Pada akhirnya terbentuk suatu alat, benda yang berwujud, hasil
dari intisari suatu ilmu pengetahua. Suatu bentuk tersebut dapat membantu
memudahkan manusia dalam setiap kegiatannya yang disebut teknologi.
Ilmu bukan sekedar
pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan
berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji
dengan seperangkat Metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu.
Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir
lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah
produk dari Epistemologi.
Empat Hal Sikap yang Ilmiah
Berbeda
dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan khusus dimana seseorang
mengetahui apa penyebab sesuatu dan mengapa. Ada persyaratan Ilmiah sesuatu
dapat disebut sebagai ilmu. Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu banyak
terpengaruh paradigma ilmu-ilmu alam yang telah ada lebih dahulu.
1) Objektif Ilmu
harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama
sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat
bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam
mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu
dengan objek, dan karenanya disebut kebenaran objektif; bukan subjektif
berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.
2) Metodis adalah
upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya
penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensi dari upaya ini adalah harus
terdapat cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari
kata Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti
metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.
3) Sistematis.
Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus
terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk
suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , mampu menjelaskan
rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang tersusun secara
sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.
4) Universal Kebenaran
yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak
bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180º. Karenanya universal
merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar
keumuman (universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat
objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat
universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.
TEKNOLOGI
Soeriaatmadja
(2000) mengemukakan teknologi adalah alat dan upaya serta pengetahuan manusia
untuk berbuat lebih maju sesuai dengan suatu tataan dan tatanan rencana.
Jelaslah bahwa teknologi merupakan suatu yang bersifat praktis, produk dari
sebuah ilmu pengetahuan yang digunakan manusia untuk membantu, memudahkan dalam
melakukan segala kegiatan pemenuhan kebutuhannya. Dengan perkataan lain, semua
bentuk ide yang bernilai positif (menguntungkan) bagi umat manusia.
Ciri-ciri Fenomena Teknik pada
Masyarakat, menurut Sastrapratedja (1980)
a. Rasionalitas,
artinya tindakan spontan oleh teknik diubah menjadi tindakan yang direncanakan
dengan perhitungan rasional.
b. Artifisialitas,
artinya selalu membuat sesuatu yang buatan tidak alamiah.
c. Otomatisme,
artinya dalam hal metode, organisasi dan rumusan dilaksanakan serba otomatis.
Demikian pula dengan teknik mampu megelimkinasikan kegiatan non-teknis menjadi
kegiatan teknis.
d. Teknis
berkembang pada suatu kebudayaan.
e. Monisme,
artinya semua teknik bersatu, saling berinteraksi dan saling bergantung.
f. Universalisme,
artinya teknik melmpaui batas-batas kebudayaan dan ediologi, bahkan dapat
menguasai kebudayaan.
g. Otonomi,
artinya teknik berkembang menurut prinsip-prinsip sendiri.
Ciri-ciri Teknologi Barat
1. Serba
intensif dalam segala hal, seperti modal, organisasi, tenaga kerja dan
lain-lain, sehingga lebih akrab dengan kaum elit daripada dengan buruh itu
sendiri.
2. Dalam
struktur sosial, teknologi barat bersifat melestarikan sifat kebergantungan.
3. Kosmologi
atau pandangan teknologi barat adalah menganggap dirinya sebagai pusat yang
lain feriferi, waktu berkaitan dengan kemajuan secara linier, memahami realitas
secara terpisah dan berpandangan manusia sebagai tuan atau mengambil jarak
dengan alam.
ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, DAN NILAI
Penjelasan para ahli di atas mempertegas
kaitan dan perbedaan antara ilmu pengetahuan dengan teknologi, karena memang
antara ilmu pengetahuan dan teknologi itu sangat erat kaitannya, penerapan dan
dampaknya, sehingga dalam kehidupan selalu dinyatakan sebagai “ilmu pengetahuan
dan teknologi” yang disingkat dengan IPTEK.
KEMISKINAN
Kemiskinan adalah
keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti
makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan
dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya
akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global.
Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara
yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi
memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan, dan lain sebagainya.
Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara,
pemahaman utamanya mencakup :
·
Gambaran kekurangan materi, yang biasanya
mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang,
perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai
situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
·
Gambaran tentang kebutuhan sosial,
termasuk keterkucilan sosial,
ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal
ini termasuk pendidikan dan informasi.
Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup
masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
Gambaran kemiskinan jenis ini lebih mudah diatasi daripada dua gambaran yang
lainnya.
·
Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang
memadai.
Makna
"memadai" disini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di
seluruh dunia. Gambaran tentang ini dapat diatasi dengan mencari objek
penghasilan di luar profesi secara halal. Perkecualian apabila institusi
tempatnya bekerja melarang.
Suparlan
berpandangan bahwa kebudayaan kemiskinan di negara-negara modern bukan hanya
menyangkut masalah kelumpuhan ekonomi, masalah diorganisasi atau masalah
kelangkaan sumber daya, melainkan di dalam beberapa hal juga bersifat positif
karena memberikan jalan ke luar bagi kaum miskin untuk mengatasi
kesulitan-kesulitan hidupnya. Kebudayaan
Kemiskinan tersebut mencerminkan suatu upaya mengatasi rasa putus asa dan tanpa
harapan, yang merupakan perwujudan dari kesadaran bahwa mustahil dapat meriah
sukses di dalam kehidupan sesuai dengan nilai-nilai dan tujuan masyarakat yang
lebih luas. Sekali kebudayaan tersebut tumbuh, ia cenderung melanggengkan
dirinya dari generasi ke generasi melalui pengaruhnya terhadap anak-anak.
Ciri-ciri Manusia yang Hidup
Dibawah Garis Kemiskinan
Menurut
Prof. Sayogya (1969), garis kemiskinan dinyatakan dalam rp/tahun, ekuivalen
dengan nilai tukar beras (kg/orang/tahun yaitu untuk desa 320 kg/orang/tahun
dan 480 kg/orang/tahun). Atas dasar ukuran ini maka mereka yang hidup di bawah
garis kemiskinan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Tidak
memiliki faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, ketrampilan, dsb;
b. Tidak
memiliki kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri,
seperti untuk memperoleh tanah garapan atau modal usah;
c. Tingkat
pendidikan mereka rendah, tidak sampai tamat sekolah dasar karena harus
membantu orang tua mencari tambahan penghasilan;
d. Kebanyakan
tinggal di desa sebagai pekerja bebas (self employed), berusaha apa saja;
e. Banyak
yang hidup di kota berusia muda, dan tidak mempunyai ketrampilan.
Sementara itu menurut Azhari
(1992), menggolongkan kemiskinan kedalam tiga macam kemiskinan yaitu :
1.
Kemiskinan alamiah, Kemiskinan yang timbul sebagai akibat
sumber daya yang langka jumlahnya, atau karena perkembangan tingkat tehnologi
yang sangat rendah. Termasuk didalamnya adalah kemiskinan akibat
jumlah penduduk yang melaju dengan pesat di tengah- tengah sumber daya alam
yang tetap.
2.
Kemiskinan
structural, Kemiskinan yang diderita oleh suatu golongan masyarakat karena
struktur sosial sedemikian rupa, sehingga masyarakat itu tidak dapat
menggunakan sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka.
Kemiskinan struktural ini terjadi karena kelembagaan yang ada membuat anggota
atau kelompok masyarakat tidak menguasai sarana ekonomi dan fasilitas-
fasilitas secara merata. Dengan perkataan lain kemiskinan ini tidak ada
hubungannya dengan kelangkaan sumber daya alam. 3. Kemiskinan cultural,
Kemiskinan yang muncul karena tuntutan tradisi / adat yang membebani ekonomi
masyarakat, seperti upacara perkawinan, kematian atau pesta pesta adat
lainnya.termasuk juga dalam hal ini sikap mentalitas penduduk yang lamban,
malas, konsumtif serta kurang berorientasi ke masa depan.
Fungsi Kemiskinan
1. Fungsi Ekonomi à penyediaan tenaga untuk
pekerjaan tertentu, menimbulkan dana sosial, membuat lapangan kerja
baru dan memanfaatkan pemulung dalam mengumpulkan barang bekas.
2. Fungsi Sosial à Menimbulkan rasa simpatik,
sehingga munculnya badan amal dan zakat untukmenolong kaum miskin yang ada.
3. Fungsi Cultural à Sumber inspirasi kebijaksanaan
teknokrat, sumber inspirasi sastawan danmemperkaya budaya saling mengayomi
antar sesama manusia.
4. Fungsi Politik à sebagai kaum yang merasakan
kinerja pemerintahan dalam perbaikan ekonomi,dan sebagai kaum yang mengkritik
jika perekonomian tidak mengalami perubahan.
Mengilangkan
Kemiskinan
Tanggapan utama terhadap
kemiskinan adalah:
§ Bantuan
kemiskinan, atau membantu secara langsung kepada orang miskin. Ini telah
menjadi bagian pendekatan dari masyarakat Eropa sejak zaman pertengahan. Di
Indonesia salah satunya berbentuk BLT.
§ Bantuan
terhadap keadaan individu. Banyak macam kebijakan yang dijalankan untuk
mengubah situasi orang miskin berdasarkan perorangan, termasuk hukuman,
pendidikan, kerja sosial, pencarian kerja, dan lain-lain.
§ Persiapan
bagi yang lemah. Daripada memberikan bantuan secara langsung kepada orang
miskin, banyak negara sejahtera menyediakan
bantuan untuk orang yang dikategorikan sebagai orang yang lebih mungkin miskin,
seperti orang tua atau orang dengan ketidakmampuan, atau keadaan yang membuat
orang miskin, seperti kebutuhan akan perawatan kesehatan.
Persiapan bagi yang lemah juga dapat berupa pemberian pelatihan sehingga nanti
yang bersangkutan dapat membuka usaha secara mandiri.
KENYATAAN YANG DIWUJUDKAN OLEH ADANYA
KEMISKINAN
Paling tidak terdapat dua argumentasi utama
yang mendasari, yakni karena angka statistik bukan merupakan indikator “hidup”
yang mampu untuk menjelaskan potret nyata kemiskinan. Angka statistik hanya
berfungsi sebagai indikator penunjuk suatu keadaan dengan batasan metoda
tertentu yang dipakai.
Selain itu, konsep dan definisi Garis Kemiskinan
(GK) resmi yang dipakai pemerintah selama ini bermasalah. Argumentasinya
seperti yang dijabarkan berikut ini. Pertama, GK resmi yang digunakan yakni GK
absolut berdasarkan ukuran pengeluaran dari hasil Susenas (Survei Sosial
Ekonomi Nasional) oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Dengan dasar data ini, GK resmi pemerintah
tersebut tidak sensitif untuk membandingkan tingkat kehidupan penduduk miskin
tidak saja antarwaktu, namun juga pada waktu yang bersamaan membandingkan
tingkat hidupnya relatif terhadap lingkungan sekitar mereka.
Kedua, GK resmi pemerintah hanya
merefleksikan ketidakcukupan pemenuhan kebutuhan hidup yang paling dasar
manusia (butsarman) saja, yaitu kalori dari 52 jenis komoditas bukan makanan.
Pengukuran ini lemah karena kalori dapat dipenuhi dengan komponen makanan
tinggi kalori, namun berharga rendah. Akibatnya, GK resmi yang digunakan dalam
ukuran nilai ekuivalen pengeluaran setiap penduduk menjadi rendah sehingga
jumlah penduduk miskin yang didata semakin rendah dan tidak realistis dengan
kenyataannya.
Ketiga, pemilihan 52 jenis
komoditas bukan makanan yang diequivalenkan dalam nilai rupiah pengeluaran
dalam GK resmi nilai keabsahannya juga tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Pasalnya, pemilihan 52 jenis komoditas bukan makanan tersebut sifatnya
arbitrary.
Ini berarti komoditas kebutuhan nonmakanan
penduduk miskin yang lebih besar atau lebih sedikit dari 52 jenis komoditi
nonmakanan tidak mampu dijerat dalam data GK resmi pemerintah. Akibatnya, nilai
rupiah dari GK resmi pemerintah yang digunakan menghitung penduduk miskin hanya
spesifik dan terbatas pada 52 jenis kebutuhan nonmakanan saja.
Keempat, GK resmi pemerintah lemah karena
tidak memperhitungkan zat nutrisi lain seperti protein yang diperlukan penduduk
miskin. Padahal, nutrisi protein merupakan komponen penting dalam tubuh
manusia. Tidak diakomodasikannya nutrisi protein dalam GK resmi pemerintah
“suka atau tidak suka” menjadi salah satu penyebab mengapa Indeks Pembangunan
Manusia Indonesia (IPM) pada 2011 anjlok di peringkat 124 dari 189 negara yang
di survei United Nation Development and Programme (UNDP).
Kelima, GK resmi pemerintah tidak mampu
menangkap adanya persepsi masyarakat yang berbeda tentang arti miskin. Arti
miskin bagi masyarakat lebih banyak didefinisikan sebagai suatu fenomena multi
dimensi. Tidak saja dalam arti nilai pengeluaran per kapita per bulan per
tahun, tetapi meliputi dimensi lain yaitu tidak adanya kesempatan, rendahnya
kapabilitas, adanya ketidakamanan dan ketidakberdayaan (baca World Development
Report, 2000).
Itu sebabnya masyarakat selalu “ribut”
mempersoalkan angka kemiskinan statistik yang dikeluarkan pemerintah dengan
yang dirasakan atau dilihat dalam kenyataannya. Oleh karena itu, GK resmi
pemerintah saat ini perlu diperbaiki atau diganti. Untuk memperbaiki atau
mengganti GK absolut resmi pemerintah selama ini diakui memang bukan persoalan
mudah dan sederhana. Apalagi jika harus mengakomodasi ke lima persoalan yang
disebutkan di atas dalam penetapan GK resmi yang baru.
Letak persoalan utamanya pada komplikasi
dampak negatif yang ditimbulkan menyangkut masalah sosial ekonomi dan politik
beserta derivasi kebijakan pembangunan kini dan ke depan. Misalnya, menyangkut
kebijakan fiskal dan moneter, perdagangan dan investasi, pendidikan, kesehatan
dan seterusnya.
SISTEM EKONOMI DALAM MEMANFAATKAN SUMBER
DAYA ALAM
Sistem Ekonomi, mungkin kata ini sudah sangat
tidak asing bagi masyarakat luas. Namunapakah arti dari Sistem Ekonomi itu ?
Sistem ekonomi merupakan perpaduan dari aturan-aturan atau cara-cara yang
menjadi satu kesatuan dan digunakan untuk mencapai tujuan
dalam perekonomian. Hal ini mencakup seluruh proses dan kegiatan
masyarakat dalam usaha memenuhi kebutuhan hidup atau mencapai kemakmuran.
Sumber daya
alam merupakan faktor input dalam kegiatan ekonomi. Namun demikian, pengertian
sumberdaya alam tidak terbatas sebagai faktor input saja karena proses produksi
akan menghasilkan output (misalnya Limbah) yang kemudian menjadi faktor input
bagi kelangsungan dan ketersediaan sumberdaya alam. Sumberdaya alam menghasilkan barang dan
jasa untuk proses industri yang berbasis sumberdaya alam maupun yang langsung
dikonsumsi oleh rumah tangga. Dari proses industri dihasilkan barang dan jasa
yang kemudian dapat digunakan oleh rumah tangga untuk konsumsi.
Keterkaitan
antara ekonomi dan lingkungan dapat diringkas ke dalam tiga macam hubungan yang
saling terkait yaitu terdapat hubungan positif antara jumlah dan kualitas
barang sumberdaya dengan pertumbuhan ekonomi. Semakin tinggi pertumbuhan
ekonomi, maka kebutuhan akan sumberdaya alam akan semakin meningkat.
Terdapat
hubungan negatif antara pertumbuhan ekonomi dengan tersedianya sumberdaya alam
di dalam bumi. Artinya kenaikan pertumbuhan ekonomi akan diikuti oleh
menurunnya ketersediaan sumberdaya alam di bumi.Hal ini tidak lain karena
proses eksploitasi Sumber Daya Alam akan membawa konsekuensi berkurangnya stok. Terdapat hubungan positif antara
pembangunan ekonomi dengan pencemaran lingkungan Fenomena ini umumnya terjadi
di negara berkembang.
Peranan utama dari lingkungan sebagai pendukung kegiatan ekonomi dapat
digolongkan ke dalam tiga kategori yakni sebagai penyedia bahan baku, penerima
sisa produksi/konsumsi (limbah), dan penyedia fasilitas.
Peranan
ekonomi baik di masa sekarang maupun yang akan datang akan tetap diperlukan
mengingat syarat kelayakan ekonomi menjadi mutlak dalam usaha pengelolaan
sumberdaya alam dan lingkungan.
Mengingat SDA
tersebut ketersediaannya terbatas, maka diperlukan cara pengelolaan yang
bijaksana dan dapat dipertanggung jawabkan. Untuk memenuhi tujuan tersebut maka
prinsip ekonomi lingkungan sangat diperlukan dalam rangka menuju penggunaan SDA
dan lingkungan yang berkelanjutan.
Oleh sebab itu
masih banyak rahasia alam tidak diketahui manusia. Namun ketidak tahuannya
bukanlah alasan untuk memburu, membunuh, atau memusnahkan binatang dan tumbuhan
langka. Allah SWT menciptakan alam tanpa sia-sia, setiap ciptaan-Nya punya
fungsi, punya arti dan makna bagi kehidupan sungguh pun kita belum
menyadarinya. Karena itu sudah selayaknya kita melestarikan ciptaan-Nya.
Sebagai
kesimpulan bahwa pembangunan ekonomi yang menggunakan SDA sebagai input tidak
disertai dengan upaya pencegahan terhadap pencemaran yang ditimbulkan. Akibatnya
adalah bahwa semakin tinggi akselerasi pembangunan ekonomi berakibat semakin
tingginya tingkat pencemaran yang ditimbulkan. Adanya pertumbuhan ekonomi akan menimbulkan dampak
positif bagi kehidupan manusia berupa tersedianya barang dan jasa dalam perekonomian
dan di sisi lain memberikan dampak negatif bagi kehidupan manusia berupa
pencemaran lingkungan dan menipisnya persediaan sumberdaya alam.
KEMAMPUAN MANUSIA DALAM MENGEMBANGKAN
ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI GUNA MEMANFAATKAN SUMBER DAYA ALAM
Dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945
diamanatkan bahwa tujuan nasional, antara lain, memajukan kesejahteraan umum
dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Selain itu, ditegaskan pula bahwa bumi dan
air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar besar kemakmuran rakyat. Untuk itu, upaya
memanfaatkan, mengembangkan, dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
(iptek) diarahkan agar senantiasa meningkatkan kecerdasan manusia, meningkatkan
pertambahan nilai barang dan jasa, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat
melalui percepatan industrialisasi sebagai bagian dari pembangunan yang
berkelanjutan dengan mengindahkan kondisi lingkungan dan kondisi sosial
masyarakat.
Pembangunan bidang iptek dalam Pembangunan Jangka
Panjang Kedua (PJP II), yang dimulai dengan Rencana Pembangunan Lima Tahun
Keenam (Repelita VI), ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan lahir batin
yang setinggi-tingginya bagi rakyat, dengan menerapkan nilai-nilai iptek, dan
mendorong pemanfaatan, pengembangan, dan penguasaan iptek secara seksama dan
bertanggung jawab, dengan memperhatikan nilai-nilai agama, serta nilai-nilai
luhur budaya bangsa. Nilai-nilai iptek didasari oleh penalaran manusia yang
objektif, rasional, logis, dan terbuka untuk dikaji kembali, serta memiliki
manfaat bagi masyarakat dan lingkungan hidupnya. Perwujudan tersebut dicirikan
oleh keserasian dengan nilai-nilai budaya bangsa. Nilai-nilai iptek
disebarluaskan melalui upaya pengembangan iptek dalam mengatasi masalah dan tantangan
pembangunan, menciptakan sistem dan produk baru yang inovatif dan kompetitif,
serta menciptakan budaya iptek sebagai bagian dari budaya bangsa.
Kemampuan suatu bangsa dan negara dalam
memanfaatkan, mengembangkan, dan menguasai iptek secara tepat, telah menunjukkan
adanya kaitan dengan keberhasilan dalam pertumbuhan pembangunan nasional,
ketangguhan ketahanan nasional, meningkatnya kesejahteraan masyarakat, serta
berkembangnya budaya masyarakat. Demikian pula, perkembangan sosial budaya
masyarakat yang makin mantap karena kualitas sumber daya manusia (SDM) yang
meningkat dapat mendorong produktivitas, kreativitas, dan kemajuan iptek.
Dengan demikian, pembangunan iptek memegang
peranan penting serta akan sangat mempengaruhi perkembangan dalam masa PJP II.
Penguasaan iptek akan mempengaruhi keberhasilan membangun masyarakat maju dan
mandiri.
PERANAN TEKNOLOGI DALAM MENGATASI KEMISKINAN
Kita
ketahui angka kemiskinan di Indonesia sangatlah tinggi, masih banyak rakyat
yang merasakan hidup digaris kemiskinan menurut survey sampai dengan tahun
2011, tingkat kemiskinan nasional telah dapat diturunkan 12,49% dari 13,33%
pada tahun 2010. Tetapi angka tersebut masih tinggi, karena itulah bisa
dibilang masih banyak rakyat yang hidup dalam kemiskinan. Lalu apakah
pemerintah sudah melakukan cara untuk mengatasi masalah kemiskinan ini? Jawabannya
adalah sudah tetapi usaha pemerintah belum maksimal, misalnya pemerintah telah
melakukan pengembangan tenaga kerja, mendorong pembangunan ekonomi dan masih
banyak lagi. Lalu apakah dengan
zaman yang semakin modern, teknologi dapat sebagai alat bantu untuk mengatasi
kemiskinan?
Sumber:
BPS
Saat
ini apresiasi masyarakat umum masih sangat kurang kepada teknologi, kesadaran
akan potensi TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) sebagai penanggulangan
kemiskinan seharusnya lebih ditingkatkan dengan melibatkan semua pihak yang
berkepentingan, pendekatan seperti ini diharapkan dapat menggugah kaum miskin
itu sendiri agar sadar akan eksistensi dan merasakan manfaat dari penggunaan
TIK. Peningkatan kesadaran ini dapat dilakukan dengan kegiatan seperti seminar,
media massa dan lain sebagainya. Selain itu, pemerintah juga dapat melakukan
kerjasama dengan perusahaan swasta dan perguruan tinggi untuk menyelenggarakan
seminar yang berkaitan dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi
untuk berbagai bidang, seperti pendidikan, pertanian, perindustrian, dan
perdagangan.
Dengan
demikian, terlihat jelas bahwa pemanfaatan teknologi juga memiliki peranan
penting bagi menuntaskan permasalahan kemiskinan, terutama di Indonesia. Dengan
begitu, seharusnya pemerintah bisa memakai teknologi sebagai alat bantu
mengatasi kemiskinan, tidak hanya itu dengan cara ini dapat membantu meningkatkan
kualitas Sumber Daya Manusia di Indonesia.
Tetapi
terdapat juga efek negatif dari teknologi, bagi masyarakat yang belum siap
dalam menghadapinya, teknologi bisa berdampak negatif misalnya saja AntiSocial Behavior salah satu dampak dimana
pengguna teknologi tersebut tidak lagi peduli pada lingkungan sosialnya, orang
ini akan cenderung menutup dirinya dan tidak berinteraksi dengan lingkungan
disekitarnya, sehingga kemampuan interpersonal dan emosionalnya tidak
berkembang secara optimal, bila hal tersebut tidak ditanggulangi maka terjadi
dampak yang buruk dimana manusia lama kelamaan akan individualis.
HUBUNGAN ANTARA ILMU PENGETAHUAN,
TEKNOLOGI DAN KEMISKINAN
Ilmu pengetahuan, teknologi dan kemiskinan
memiliki kaitan struktur yang jelas. Ilmu pengetahuan dan teknologi
merupakan dua hal yang tak terpisahkan dalam peranannya untuk memenuhi
kebutuhan insani. Ilmu pengetahuan digunakan untuk mengetahui “apa” sedangkan
teknologi mengetahui “bagaimana”. Ilmu pengetahuan sebagai suatu badan
pengetahuan sedangkan teknologi sebagai seni yang berhubungan dengan proses
produksi, berkaitan dalam suatu sistem yang saling berinteraksi. Teknologi
merupakan alat dan upaya serta pengetahuan manusia untuk berbuat lebih maju
sesuai dengan suatu tataan dan tatanan rencana. Jelaslah bahwa teknologi
merupakan suatu yang bersifat praktis, produk dari sebuah ilmu pengetahuan yang
digunakan manusia untuk membantu, memudahkan dalam melakukan segala kegiatan
pemenuhan kebutuhannya.
Ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam penerapannya, keduanya menghasilkan suatu
kehidupan di dunia (satu dunia), yang diantaranya membawa malapetaka yang belum
pernah dibayangkan. Oleh karena itu, ketika manusia sudah mampu membedakan ilmu
pengetahuan (kebenaran) dengan etika (kebaikan), maka kita tidak dapat netral dan
bersikap netral terhadap penyelidikan ilmiah. Sehingga dalam penerapan atau
mengambil keputusan terhadap sikap ilmiah dan teknologi, terlebih dahulu
mendapat pertimbangan moral dan ajaran agama.
KESIMPULAN
Ilmu pengetahuan, teknologi dan kemiskinan
memiliki kaitan struktur yang jelas. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan
dua hal yang tak terpisahkan dalam peranannya untuk memenuhi kebutuhan insani.
Ilmu pengetahuan digunakan untuk mengetahui “apa” sedangkan teknologi
mengetahui “bagaimana”. Ilmu pengetahuan sebagai suatu badan pengetahuan
sedangkan teknologi sebagai seni yang berhubungan dengan proses produksi,
berkaitan dalam suatu sistem yang saling berinteraksi. Teknologi merupakan
penerapan ilmu pengetahuan, sementara teknologi mengandung ilmu pengetahuan di
dalamnya.
Ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
penerapannya, keduanya menghasilkan suatu kehidupan di dunia (satu dunia), yang
diantaranya membawa malapetaka yang belum pernah dibayangkan. Oleh karena itu,
ketika manusia sudah mampu membedakan ilmu pengetahuan (kebenaran) dengan etika
(kebaikan), maka kita tidak dapat netral dan bersikap netral terhadap
penyelidikan ilmiah. Sehingga dalam penerapan atau mengambil keputusan terhadap
sikap ilmiah dan teknologi, terlebih dahulu mendapat pertimbangan moral dan
ajaran agama.
Dalam
hal kemiskinan struktural, ternyata adalah buatan manusia terhadap manusia
lainnya yang timbul dari akibat dan dari struktur politik, ekonomi, teknologi
dan sosial buatan manusia pula. Perubahan teknologi yang cepat mengakibatkan
kemiskinan, karena mengakibatkan terjadinya perubahan sosial yang fundamental.
Sebab kemiskinan diantaranya disebabkan oleh struktur ekonomi, dalam hal ini
pola relasi antara manusia dengan sumber kemakmuran, hasil produksi dan mekanisme
pasar. Kesemuanya merupakan sub sistem atau sub struktur dari sistem
kemasyarakatan. Termasuk di dalamnya ilmu pengetahuan dan teknologi.
DAFTAR
PUSTAKA
Harwantiyoko
dan Neltje F Katuuk. 1996. MKDU Ilmu
Sosial Dasar. Jakarta : Gunadarma.
Waluya,
Bagja. 2001. Pengelolaan Lingkungan Hidup
untuk Tk SMA/BAB 12 IPTEK DAN LINGKUNGAN. Jakarta: Grasindo.
http://data.tnp2k.go.id/?q=content/profil-kemiskinan-di-indonesia
http://www.bappenas.go.id/index.php/download_file/view/8716/1729/
http://id.wikipedia.org/wiki/Kemiskinan
http://edukasi.kompasiana.com/2012/10/23/kemiskinan-503645.html
http://yuliarahmi90.blogspot.com/2011/05/pemanfaatan-sda-kaitannya-dengan.html
http://www.imz.or.id/new/article/1149/menyoal-indikator-kemiskinan-absolut/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar