Kamis, 05 Maret 2015

ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI DAN KEMISKINAN

Manusia senantiasa melakukan interaksi yang saling mempengaruhi dengan lingkungan, terutama dengan lingkungan tempat tinggal. Interaksi tersebut merupakan bentuk ketergantungan manusia terhadap lingkungannya, baik dengan manusia lainnya maupun dengan alam. Seiring dengan kemajuan IPTEK dan kebutuhan yang meningkat terhadap alam, intensitas hubungan antara manusia dengan alam semakin tidak seimbang, sehingga menimbulkan sejumlah kerusakan lingkungan. Manusia cenderung mengeksploitasi alam secara berlebihan di luar kemampuan alam untuk memulihkan dirinya.
Walaupun IPTEK dianggap sebagai alat bagi manusia untuk mengeksploitasi alam, namun IPTEK juga dikembangkan manusia untuk mengelola alam atau lingkungan guna pelestariannya. Kesadaran manusia yang semakin meningkkat, mendorong munculnya sejumlah upaya untuk mengembangkan IPTEK yang dapat meminimalisasi kerusakan yang ditimbulkan, sehingga lingkungan dapat lestari fungsinya dalam mendukung dan memenuhi kebutuhan manusia.
ILMU PENGETAHUAN

            Menurut Robert Shaw dan Janet Shaw (1970), Ilmu (Science) adalah 1) Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar dan eksperimen, 2) Keseluruhan daripada kebenaran-kebenaran utama yang teratur, diperoleh karena pengetahuan sebab akibat dan dapat dibedakan dengan ilmu karena sudut pandangannya. Selain itu, definisi ilmu (science) dari International webster’s Dictionary (1987) “Science is accumulated knowledge which is systemized and formulated with reference to the discoveries of general truth or the operation laws” terungkap bahwa secara sederhana ilmu adalah pengetahuan yang sudah diklasifikasi, diorganisasi, disistematisasi dan diinterpretasi yang menghasilkan kebenaran objektif yang sudah diuji dan dapat diuji ulang secara ilmiah.
            Istilah pengetahuan dalam keseharian memiliki konsep “knowledge”, bukan termasuk dalam konsep “science”. Pengetahuan dapat diartikan sebagai segala hal yang diketahui dan diperoleh berdasarkan pengalaman-pengalaman (knowledge). Menurut ahli sosiologi, Soekanto (1975) mendefinisikan pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan pancainderanya, yang berbeda sekali dengan kepercayaan (beliefs), takhayul (superstitions) dan penerangan-penerangan yang keliru (mis informations).
            Dari berbagai uraian diatas, nampak ilmu pengetahuan merupakan produk budaya manusia. Banyak pengalaman, tantangan, masalah selalu mengintai manusia dalam perjalanan hidupnya menjadi terakumulasi dalam suatu bentuk pengetahuan yang kemudian secara ilmiah dan sistematis menjadi ilmu. Pada akhirnya terbentuk suatu alat, benda yang berwujud, hasil dari intisari suatu ilmu pengetahua. Suatu bentuk tersebut dapat membantu memudahkan manusia dalam setiap kegiatannya yang disebut teknologi.
Ilmu bukan sekedar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat Metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari Epistemologi.
Empat Hal Sikap yang Ilmiah
Berbeda dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan khusus dimana seseorang mengetahui apa penyebab sesuatu dan mengapa. Ada persyaratan Ilmiah sesuatu dapat disebut sebagai ilmu. Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu banyak terpengaruh paradigma ilmu-ilmu alam yang telah ada lebih dahulu.
1)    Objektif Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek, dan karenanya disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.
2)    Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensi dari upaya ini adalah harus terdapat cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari kata Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.
3)    Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.
4)    Universal Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180º. Karenanya universal merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar keumuman (universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.
 

TEKNOLOGI

Soeriaatmadja (2000) mengemukakan teknologi adalah alat dan upaya serta pengetahuan manusia untuk berbuat lebih maju sesuai dengan suatu tataan dan tatanan rencana. Jelaslah bahwa teknologi merupakan suatu yang bersifat praktis, produk dari sebuah ilmu pengetahuan yang digunakan manusia untuk membantu, memudahkan dalam melakukan segala kegiatan pemenuhan kebutuhannya. Dengan perkataan lain, semua bentuk ide yang bernilai positif (menguntungkan) bagi umat manusia.






Ciri-ciri Fenomena Teknik pada Masyarakat, menurut Sastrapratedja (1980)
a.    Rasionalitas, artinya tindakan spontan oleh teknik diubah menjadi tindakan yang direncanakan dengan perhitungan rasional.
b.    Artifisialitas, artinya selalu membuat sesuatu yang buatan tidak alamiah.
c.    Otomatisme, artinya dalam hal metode, organisasi dan rumusan dilaksanakan serba otomatis. Demikian pula dengan teknik mampu megelimkinasikan kegiatan non-teknis menjadi kegiatan teknis.
d.    Teknis berkembang pada suatu kebudayaan.
e.    Monisme, artinya semua teknik bersatu, saling berinteraksi dan saling bergantung.
f.     Universalisme, artinya teknik melmpaui batas-batas kebudayaan dan ediologi, bahkan dapat menguasai kebudayaan.
g.    Otonomi, artinya teknik berkembang menurut prinsip-prinsip sendiri.
Ciri-ciri Teknologi Barat
1.    Serba intensif dalam segala hal, seperti modal, organisasi, tenaga kerja dan lain-lain, sehingga lebih akrab dengan kaum elit daripada dengan buruh itu sendiri.
2.    Dalam struktur sosial, teknologi barat bersifat melestarikan sifat kebergantungan.
3.    Kosmologi atau pandangan teknologi barat adalah menganggap dirinya sebagai pusat yang lain feriferi, waktu berkaitan dengan kemajuan secara linier, memahami realitas secara terpisah dan berpandangan manusia sebagai tuan atau mengambil jarak dengan alam.
ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, DAN NILAI
Penjelasan para ahli di atas mempertegas kaitan dan perbedaan antara ilmu pengetahuan dengan teknologi, karena memang antara ilmu pengetahuan dan teknologi itu sangat erat kaitannya, penerapan dan dampaknya, sehingga dalam kehidupan selalu dinyatakan sebagai “ilmu pengetahuan dan teknologi” yang disingkat dengan IPTEK.
KEMISKINAN
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan, dan lain sebagainya.



Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara, pemahaman utamanya mencakup :
·         Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
·         Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi. Gambaran kemiskinan jenis ini lebih mudah diatasi daripada dua gambaran yang lainnya.
·         Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai.
Makna "memadai" disini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia. Gambaran tentang ini dapat diatasi dengan mencari objek penghasilan di luar profesi secara halal. Perkecualian apabila institusi tempatnya bekerja melarang.
Suparlan berpandangan bahwa kebudayaan kemiskinan di negara-negara modern bukan hanya menyangkut masalah kelumpuhan ekonomi, masalah diorganisasi atau masalah kelangkaan sumber daya, melainkan di dalam beberapa hal juga bersifat positif karena memberikan jalan ke luar bagi kaum miskin untuk mengatasi kesulitan-kesulitan hidupnya. Kebudayaan Kemiskinan tersebut mencerminkan suatu upaya mengatasi rasa putus asa dan tanpa harapan, yang merupakan perwujudan dari kesadaran bahwa mustahil dapat meriah sukses di dalam kehidupan sesuai dengan nilai-nilai dan tujuan masyarakat yang lebih luas. Sekali kebudayaan tersebut tumbuh, ia cenderung melanggengkan dirinya dari generasi ke generasi melalui pengaruhnya terhadap anak-anak.
Ciri-ciri Manusia yang Hidup Dibawah Garis Kemiskinan
Menurut Prof. Sayogya (1969), garis kemiskinan dinyatakan dalam rp/tahun, ekuivalen dengan nilai tukar beras (kg/orang/tahun yaitu untuk desa 320 kg/orang/tahun dan 480 kg/orang/tahun). Atas dasar ukuran ini maka mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a.    Tidak memiliki faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, ketrampilan, dsb;
b.    Tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri, seperti untuk memperoleh tanah garapan atau modal usah;
c.    Tingkat pendidikan mereka rendah, tidak sampai  tamat sekolah dasar karena harus membantu orang tua mencari tambahan penghasilan;
d.    Kebanyakan tinggal di desa sebagai pekerja bebas (self employed), berusaha apa saja;
e.    Banyak yang hidup di kota berusia muda, dan tidak mempunyai ketrampilan.

Sementara itu menurut Azhari (1992), menggolongkan kemiskinan kedalam tiga macam kemiskinan yaitu :
1.    Kemiskinan alamiah, Kemiskinan yang timbul sebagai akibat sumber daya yang langka jumlahnya, atau karena perkembangan tingkat tehnologi yang sangat rendah. Termasuk didalamnya adalah kemiskinan akibat jumlah penduduk yang melaju dengan pesat di tengah- tengah sumber daya alam yang tetap.
2.    Kemiskinan structural, Kemiskinan yang diderita oleh suatu golongan masyarakat karena struktur sosial sedemikian rupa, sehingga masyarakat itu tidak dapat menggunakan sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka. Kemiskinan struktural ini terjadi karena kelembagaan yang ada membuat anggota atau kelompok masyarakat tidak menguasai sarana ekonomi dan fasilitas- fasilitas secara merata. Dengan perkataan lain kemiskinan ini tidak ada hubungannya dengan kelangkaan sumber daya alam. 3. Kemiskinan cultural, Kemiskinan yang muncul karena tuntutan tradisi / adat yang membebani ekonomi masyarakat, seperti upacara perkawinan, kematian atau pesta pesta adat lainnya.termasuk juga dalam hal ini sikap mentalitas penduduk yang lamban, malas, konsumtif serta kurang berorientasi ke masa depan.

Fungsi Kemiskinan
1.    Fungsi Ekonomi à penyediaan tenaga untuk pekerjaan tertentu, menimbulkan dana sosial, membuat lapangan kerja baru dan memanfaatkan pemulung dalam mengumpulkan barang bekas.
2.    Fungsi Sosial à Menimbulkan rasa simpatik, sehingga munculnya badan amal dan zakat untukmenolong kaum miskin yang ada.
3.    Fungsi Cultural à Sumber inspirasi kebijaksanaan teknokrat, sumber inspirasi sastawan danmemperkaya budaya saling mengayomi antar sesama manusia.
4.    Fungsi Politik à sebagai kaum yang merasakan kinerja pemerintahan dalam perbaikan ekonomi,dan sebagai kaum yang mengkritik jika perekonomian tidak mengalami perubahan.

Mengilangkan Kemiskinan
Tanggapan utama terhadap kemiskinan adalah:
§  Bantuan kemiskinan, atau membantu secara langsung kepada orang miskin. Ini telah menjadi bagian pendekatan dari masyarakat Eropa sejak zaman pertengahan. Di Indonesia salah satunya berbentuk BLT.
§  Bantuan terhadap keadaan individu. Banyak macam kebijakan yang dijalankan untuk mengubah situasi orang miskin berdasarkan perorangan, termasuk hukuman, pendidikan, kerja sosial, pencarian kerja, dan lain-lain.
§  Persiapan bagi yang lemah. Daripada memberikan bantuan secara langsung kepada orang miskin, banyak negara sejahtera menyediakan bantuan untuk orang yang dikategorikan sebagai orang yang lebih mungkin miskin, seperti orang tua atau orang dengan ketidakmampuan, atau keadaan yang membuat orang miskin, seperti kebutuhan akan perawatan kesehatan. Persiapan bagi yang lemah juga dapat berupa pemberian pelatihan sehingga nanti yang bersangkutan dapat membuka usaha secara mandiri.
KENYATAAN YANG DIWUJUDKAN OLEH ADANYA KEMISKINAN
Paling tidak terdapat dua argumentasi utama yang mendasari, yakni karena angka statistik bukan merupakan indikator “hidup” yang mampu untuk menjelaskan potret nyata kemiskinan. Angka statistik hanya berfungsi sebagai indikator penunjuk suatu keadaan dengan batasan metoda tertentu yang dipakai.
Selain itu, konsep dan definisi Garis Kemiskinan (GK) resmi yang dipakai pemerintah selama ini bermasalah. Argumentasinya seperti yang dijabarkan berikut ini. Pertama, GK resmi yang digunakan yakni GK absolut berdasarkan ukuran pengeluaran dari hasil Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Dengan dasar data ini, GK resmi pemerintah tersebut tidak sensitif untuk membandingkan tingkat kehidupan penduduk miskin tidak saja antarwaktu, namun juga pada waktu yang bersamaan membandingkan tingkat hidupnya relatif terhadap lingkungan sekitar mereka.
Kedua, GK resmi pemerintah hanya merefleksikan ketidakcukupan pemenuhan kebutuhan hidup yang paling dasar manusia (butsarman) saja, yaitu kalori dari 52 jenis komoditas bukan makanan. Pengukuran ini lemah karena kalori dapat dipenuhi dengan komponen makanan tinggi kalori, namun berharga rendah. Akibatnya, GK resmi yang digunakan dalam ukuran nilai ekuivalen pengeluaran setiap penduduk menjadi rendah sehingga jumlah penduduk miskin yang didata semakin rendah dan tidak realistis dengan kenyataannya.
Ketiga, pemilihan 52 jenis komoditas bukan makanan yang diequivalenkan dalam nilai rupiah pengeluaran dalam GK resmi nilai keabsahannya juga tidak dapat dipertanggungjawabkan. Pasalnya, pemilihan 52 jenis komoditas bukan makanan tersebut sifatnya arbitrary.
Ini berarti komoditas kebutuhan nonmakanan penduduk miskin yang lebih besar atau lebih sedikit dari 52 jenis komoditi nonmakanan tidak mampu dijerat dalam data GK resmi pemerintah. Akibatnya, nilai rupiah dari GK resmi pemerintah yang digunakan menghitung penduduk miskin hanya spesifik dan terbatas pada 52 jenis kebutuhan nonmakanan saja.

Keempat, GK resmi pemerintah lemah karena tidak memperhitungkan zat nutrisi lain seperti protein yang diperlukan penduduk miskin. Padahal, nutrisi protein merupakan komponen penting dalam tubuh manusia. Tidak diakomodasikannya nutrisi protein dalam GK resmi pemerintah “suka atau tidak suka” menjadi salah satu penyebab mengapa Indeks Pembangunan Manusia Indonesia (IPM) pada 2011 anjlok di peringkat 124 dari 189 negara yang di survei United Nation Development and Programme (UNDP).
Kelima, GK resmi pemerintah tidak mampu menangkap adanya persepsi masyarakat yang berbeda tentang arti miskin. Arti miskin bagi masyarakat lebih banyak didefinisikan sebagai suatu fenomena multi dimensi. Tidak saja dalam arti nilai pengeluaran per kapita per bulan per tahun, tetapi meliputi dimensi lain yaitu tidak adanya kesempatan, rendahnya kapabilitas, adanya ketidakamanan dan ketidakberdayaan (baca World Development Report, 2000).
Itu sebabnya masyarakat selalu “ribut” mempersoalkan angka kemiskinan statistik yang dikeluarkan pemerintah dengan yang dirasakan atau dilihat dalam kenyataannya. Oleh karena itu, GK resmi pemerintah saat ini perlu diperbaiki atau diganti. Untuk memperbaiki atau mengganti GK absolut resmi pemerintah selama ini diakui memang bukan persoalan mudah dan sederhana. Apalagi jika harus mengakomodasi ke lima persoalan yang disebutkan di atas dalam penetapan GK resmi yang baru.
Letak persoalan utamanya pada komplikasi dampak negatif yang ditimbulkan menyangkut masalah sosial ekonomi dan politik beserta derivasi kebijakan pembangunan kini dan ke depan. Misalnya, menyangkut kebijakan fiskal dan moneter, perdagangan dan investasi, pendidikan, kesehatan dan seterusnya.
SISTEM EKONOMI DALAM MEMANFAATKAN SUMBER DAYA ALAM
Sistem Ekonomi, mungkin kata ini sudah sangat tidak asing bagi masyarakat luas. Namunapakah arti dari Sistem Ekonomi itu ? Sistem ekonomi merupakan perpaduan dari aturan-aturan atau cara-cara yang menjadi satu kesatuan dan digunakan untuk mencapai tujuan dalam perekonomian. Hal ini mencakup seluruh proses dan kegiatan masyarakat dalam usaha memenuhi kebutuhan hidup atau mencapai kemakmuran.
Sumber daya alam merupakan faktor input dalam kegiatan ekonomi. Namun demikian, pengertian sumberdaya alam tidak terbatas sebagai faktor input saja karena proses produksi akan menghasilkan output (misalnya Limbah) yang kemudian menjadi faktor input bagi kelangsungan dan ketersediaan sumberdaya alam. Sumberdaya alam menghasilkan barang dan jasa untuk proses industri yang berbasis sumberdaya alam maupun yang langsung dikonsumsi oleh rumah tangga. Dari proses industri dihasilkan barang dan jasa yang kemudian dapat digunakan oleh rumah tangga untuk konsumsi.
Keterkaitan antara ekonomi dan lingkungan dapat diringkas ke dalam tiga macam hubungan yang saling terkait yaitu terdapat hubungan positif antara jumlah dan kualitas barang sumberdaya dengan pertumbuhan ekonomi. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi, maka kebutuhan akan sumberdaya alam akan semakin meningkat.
Terdapat hubungan negatif antara pertumbuhan ekonomi dengan tersedianya sumberdaya alam di dalam bumi. Artinya kenaikan pertumbuhan ekonomi akan diikuti oleh menurunnya ketersediaan sumberdaya alam di bumi.Hal ini tidak lain karena proses eksploitasi Sumber Daya Alam akan membawa konsekuensi berkurangnya stok. Terdapat hubungan positif antara pembangunan ekonomi dengan pencemaran lingkungan Fenomena ini umumnya terjadi di negara berkembang.
Peranan utama dari lingkungan sebagai pendukung kegiatan ekonomi dapat digolongkan ke dalam tiga kategori yakni sebagai penyedia bahan baku, penerima sisa produksi/konsumsi (limbah), dan penyedia fasilitas.
Peranan ekonomi baik di masa sekarang maupun yang akan datang akan tetap diperlukan mengingat syarat kelayakan ekonomi menjadi mutlak dalam usaha pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan.
Mengingat SDA tersebut ketersediaannya terbatas, maka diperlukan cara pengelolaan yang bijaksana dan dapat dipertanggung jawabkan. Untuk memenuhi tujuan tersebut maka prinsip ekonomi lingkungan sangat diperlukan dalam rangka menuju penggunaan SDA dan lingkungan yang berkelanjutan.
Oleh sebab itu masih banyak rahasia alam tidak diketahui manusia. Namun ketidak tahuannya bukanlah alasan untuk memburu, membunuh, atau memusnahkan binatang dan tumbuhan langka. Allah SWT menciptakan alam tanpa sia-sia, setiap ciptaan-Nya punya fungsi, punya arti dan makna bagi kehidupan sungguh pun kita belum menyadarinya. Karena itu sudah selayaknya kita melestarikan ciptaan-Nya.
Sebagai kesimpulan bahwa pembangunan ekonomi yang menggunakan SDA sebagai input tidak disertai dengan upaya pencegahan terhadap pencemaran yang ditimbulkan. Akibatnya adalah bahwa semakin tinggi akselerasi pembangunan ekonomi berakibat semakin tingginya tingkat pencemaran yang ditimbulkan. Adanya pertumbuhan ekonomi akan menimbulkan dampak positif bagi kehidupan manusia berupa tersedianya barang dan jasa dalam perekonomian dan di sisi lain memberikan dampak negatif bagi kehidupan manusia berupa pencemaran lingkungan dan menipisnya persediaan sumberdaya alam.
KEMAMPUAN MANUSIA DALAM MENGEMBANGKAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI GUNA MEMANFAATKAN SUMBER DAYA ALAM
Dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 diamanatkan bahwa tujuan nasional, antara lain, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Selain itu, ditegaskan pula bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar­ besar kemakmuran rakyat. Untuk itu, upaya memanfaatkan, mengembangkan, dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) diarahkan agar senantiasa meningkatkan kecerdasan manusia, meningkatkan pertambahan nilai barang dan jasa, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui percepatan industrialisasi sebagai bagian dari pembangunan yang berkelanjutan dengan mengindahkan kondisi lingkungan dan kondisi sosial masyarakat.
Pembangunan bidang iptek dalam Pembangunan Jangka Panjang Kedua (PJP II), yang dimulai dengan Rencana Pem­bangunan Lima Tahun Keenam (Repelita VI), ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan lahir batin yang setinggi-tingginya bagi rakyat, dengan menerapkan nilai-nilai iptek, dan mendorong pemanfaatan, pengembangan, dan penguasaan iptek secara seksama dan bertanggung jawab, dengan memperhatikan nilai-nilai agama, serta nilai-nilai luhur budaya bangsa. Nilai-nilai iptek didasari oleh penalaran manusia yang objektif, rasional, logis, dan terbuka untuk dikaji kembali, serta memiliki manfaat bagi masyarakat dan lingkungan hidupnya. Perwujudan tersebut dicirikan oleh keserasian dengan nilai-nilai budaya bangsa. Nilai-nilai iptek disebarluaskan melalui upaya pengembangan iptek dalam mengatasi masalah dan tantangan pembangunan, menciptakan sistem dan produk baru yang inovatif dan kompetitif, serta menciptakan budaya iptek sebagai bagian dari budaya bangsa.
Kemampuan suatu bangsa dan negara dalam memanfaatkan, mengembangkan, dan menguasai iptek secara tepat, telah menun­jukkan adanya kaitan dengan keberhasilan dalam pertumbuhan pembangunan nasional, ketangguhan ketahanan nasional, mening­katnya kesejahteraan masyarakat, serta berkembangnya budaya masyarakat. Demikian pula, perkembangan sosial budaya masya­rakat yang makin mantap karena kualitas sumber daya manusia (SDM) yang meningkat dapat mendorong produktivitas, kreativitas, dan kemajuan iptek.
Dengan demikian, pembangunan iptek memegang peranan penting serta akan sangat mempengaruhi perkembangan dalam masa PJP II. Penguasaan iptek akan mempengaruhi keberhasilan membangun masyarakat maju dan mandiri.
PERANAN TEKNOLOGI DALAM MENGATASI KEMISKINAN
Kita ketahui angka kemiskinan di Indonesia sangatlah tinggi, masih banyak rakyat yang merasakan hidup digaris kemiskinan menurut survey sampai dengan tahun 2011, tingkat kemiskinan nasional telah dapat diturunkan 12,49% dari 13,33% pada tahun 2010. Tetapi angka tersebut masih tinggi, karena itulah bisa dibilang masih banyak rakyat yang hidup dalam kemiskinan. Lalu apakah pemerintah sudah melakukan cara untuk mengatasi masalah kemiskinan ini? Jawabannya adalah sudah tetapi usaha pemerintah belum maksimal, misalnya pemerintah telah melakukan pengembangan tenaga kerja, mendorong pembangunan ekonomi dan masih banyak lagi. Lalu apakah dengan zaman yang semakin modern, teknologi dapat sebagai alat bantu untuk mengatasi kemiskinan? 

Sumber: BPS
Saat ini apresiasi masyarakat umum masih sangat kurang kepada teknologi, kesadaran akan potensi TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) sebagai penanggulangan kemiskinan seharusnya lebih ditingkatkan dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan, pendekatan seperti ini diharapkan dapat menggugah kaum miskin itu sendiri agar sadar akan eksistensi dan merasakan manfaat dari penggunaan TIK. Peningkatan kesadaran ini dapat dilakukan dengan kegiatan seperti seminar, media massa dan lain sebagainya. Selain itu, pemerintah juga dapat melakukan kerjasama dengan perusahaan swasta dan perguruan tinggi untuk menyelenggarakan seminar yang berkaitan dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk berbagai bidang, seperti pendidikan, pertanian, perindustrian, dan perdagangan.
Dengan demikian, terlihat jelas bahwa pemanfaatan teknologi juga memiliki peranan penting bagi menuntaskan permasalahan kemiskinan, terutama di Indonesia. Dengan begitu, seharusnya pemerintah bisa memakai teknologi sebagai alat bantu mengatasi kemiskinan, tidak hanya itu dengan cara ini dapat membantu meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia di Indonesia.
Tetapi terdapat juga efek negatif dari teknologi, bagi masyarakat yang belum siap dalam menghadapinya, teknologi  bisa berdampak negatif misalnya saja AntiSocial Behavior salah satu dampak dimana pengguna teknologi tersebut tidak lagi peduli pada lingkungan sosialnya, orang ini akan cenderung menutup dirinya dan tidak berinteraksi dengan lingkungan disekitarnya, sehingga kemampuan interpersonal dan emosionalnya tidak berkembang secara optimal, bila hal tersebut tidak ditanggulangi maka terjadi dampak yang buruk dimana manusia lama kelamaan akan individualis.

HUBUNGAN ANTARA ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI DAN KEMISKINAN
Ilmu pengetahuan, teknologi dan kemiskinan memiliki kaitan struktur yang jelas. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan dua hal yang tak terpisahkan dalam peranannya untuk memenuhi kebutuhan insani. Ilmu pengetahuan digunakan untuk mengetahui “apa” sedangkan teknologi mengetahui “bagaimana”. Ilmu pengetahuan sebagai suatu badan pengetahuan sedangkan teknologi sebagai seni yang berhubungan dengan proses produksi, berkaitan dalam suatu sistem yang saling berinteraksi. Teknologi merupakan alat dan upaya serta pengetahuan manusia untuk berbuat lebih maju sesuai dengan suatu tataan dan tatanan rencana. Jelaslah bahwa teknologi merupakan suatu yang bersifat praktis, produk dari sebuah ilmu pengetahuan yang digunakan manusia untuk membantu, memudahkan dalam melakukan segala kegiatan pemenuhan kebutuhannya.
Ilmu pengetahuan dan teknologi dalam penerapannya, keduanya menghasilkan suatu kehidupan di dunia (satu dunia), yang diantaranya membawa malapetaka yang belum pernah dibayangkan. Oleh karena itu, ketika manusia sudah mampu membedakan ilmu pengetahuan (kebenaran) dengan etika (kebaikan), maka kita tidak dapat netral dan bersikap netral terhadap penyelidikan ilmiah. Sehingga dalam penerapan atau mengambil keputusan terhadap sikap ilmiah dan teknologi, terlebih dahulu mendapat pertimbangan moral dan ajaran agama.


KESIMPULAN
Ilmu pengetahuan, teknologi dan kemiskinan memiliki kaitan struktur yang jelas. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan dua hal yang tak terpisahkan dalam peranannya untuk memenuhi kebutuhan insani. Ilmu pengetahuan digunakan untuk mengetahui “apa” sedangkan teknologi mengetahui “bagaimana”. Ilmu pengetahuan sebagai suatu badan pengetahuan sedangkan teknologi sebagai seni yang berhubungan dengan proses produksi, berkaitan dalam suatu sistem yang saling berinteraksi. Teknologi merupakan penerapan ilmu pengetahuan, sementara teknologi mengandung ilmu pengetahuan di dalamnya.
Ilmu pengetahuan dan teknologi dalam penerapannya, keduanya menghasilkan suatu kehidupan di dunia (satu dunia), yang diantaranya membawa malapetaka yang belum pernah dibayangkan. Oleh karena itu, ketika manusia sudah mampu membedakan ilmu pengetahuan (kebenaran) dengan etika (kebaikan), maka kita tidak dapat netral dan bersikap netral terhadap penyelidikan ilmiah. Sehingga dalam penerapan atau mengambil keputusan terhadap sikap ilmiah dan teknologi, terlebih dahulu mendapat pertimbangan moral dan ajaran agama.
Dalam hal kemiskinan struktural, ternyata adalah buatan manusia terhadap manusia lainnya yang timbul dari akibat dan dari struktur politik, ekonomi, teknologi dan sosial buatan manusia pula. Perubahan teknologi yang cepat mengakibatkan kemiskinan, karena mengakibatkan terjadinya perubahan sosial yang fundamental. Sebab kemiskinan diantaranya disebabkan oleh struktur ekonomi, dalam hal ini pola relasi antara manusia dengan sumber kemakmuran, hasil produksi dan mekanisme pasar. Kesemuanya merupakan sub sistem atau sub struktur dari sistem kemasyarakatan. Termasuk di dalamnya ilmu pengetahuan dan teknologi.


DAFTAR PUSTAKA
Harwantiyoko dan Neltje F Katuuk. 1996. MKDU Ilmu Sosial Dasar. Jakarta : Gunadarma.
Waluya, Bagja. 2001. Pengelolaan Lingkungan Hidup untuk Tk SMA/BAB 12 IPTEK DAN LINGKUNGAN. Jakarta: Grasindo.
http://data.tnp2k.go.id/?q=content/profil-kemiskinan-di-indonesia
http://www.bappenas.go.id/index.php/download_file/view/8716/1729/
http://id.wikipedia.org/wiki/Kemiskinan
http://edukasi.kompasiana.com/2012/10/23/kemiskinan-503645.html
http://yuliarahmi90.blogspot.com/2011/05/pemanfaatan-sda-kaitannya-dengan.html

http://www.imz.or.id/new/article/1149/menyoal-indikator-kemiskinan-absolut/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar