Selasa, 23 Desember 2014

Masyarakat Pedesaan dan Masyarakat Perkotaan

MASYARAKAT PEDESAAN DAN MASYARAKAT PERKOTAAN




Dosen Ilmu Sosial Dasar :
Lukman Ihwana





DISUSUN OLEH :

RIZMA DWI CAHYANINGSIH
NPM : 59414734
1IA11
rizmadwicahya@gmail.com



FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK

2014




MASYARAKAT PEDESAAN

Masyarakat merupakan salah satu satuan sosial sistem sosial, atau kesatuan hidup manusia. Istilah Inggrisnya adalah ‘society’ , sedangkan masyarakat itu sendiri berasal dari bahasa Arab ‘syakara’ yang berarti ikut serta atau partisipasi, kata Arab masyarakat berarti saling bergaul yang istilah ilmiahnya berinteraksi. Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang telah memiliki tatanan kehidupan, norma-norma, adat istiadat yang sama-sama ditaati dalam lingkungannya.

Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa).


Pengertian Desa Menurut Para Ahli
·         Bambang Utoyo 
Desa merupakan tempat sebagian besar penduduk yang bermata pencarian di bidang pertanian dan menghasilkan bahan makanan.
·         R. Bintarto 
Desa adalah perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis, sosial, ekonomis politik, kultural setempat dalam hubungan dan pengaruh timbal balik dengan daerah lain.
·         S.D. Misra 
Desa adalah suatu kumpulan tempat tinggal dan kumpulan daerah pertanian dengan batas-batas tertentu yang luasnya antara 50 – 1.000 are.

            Masyarakat pedesaan adalah masyarakat yang pada umumnya masih memegang nilai-nilai cultural atau kebudayaan dan adat-adat yang leluhur mereka ajarkan. Masyarakat pedesaan ini masih sulit berkembang karena tertutupnya oleh apa yang leluhur mereka ajarkan, sehingga susah menerima hal baru. Namun secara tata krama sangat kental sekali yang namanya gotong royong maupun bahumembahu , jarang sekali masyarakat pedesaan yang dikenal kurang baik. 



Ciri-ciri Masyarakat Pedesaan, yaitu :
·         Kehidupan keagamaan di kota berkurang dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa.
·         Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain. Yang penting disini adalah manusia perorangan atau individu.
·         Pembagian kerja di antara warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata.
·         Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota dari pada warga desa.
·         Interaksi yang lebih banyak terjadi berdasarkan pada faktor kepentingan daripada faktor pribadi.
·         Pembagian waktu yang lebih teliti dan sangat penting, untuk dapat mengejar kebutuhan individu.
·         Perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota, sebab kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh.


Klasifikasi Desa
Desa dapat diklasifikasikan menurut :
a.    Menurut aktivitasnya
·         Desa agraris, adalah desa yang mata pencaharian utama penduduknya adalah di bidang pertanian dan perkebunan.
·         Desa industri, adalah desa yang mata pencaharian utama penduduknya adalah di bidang industri kecil rumah tangga.
·         Desa nelayan, adalah desa yang mata pencaharian utama penduduknya adalah di bidang perikanan dan pertambakan.
b.    Menurut tingkat perkembangannya
·         Desa Swadaya
Desa swadaya adalah desa yang memiliki potensi tertentu tetapi dikelola dengan sebaik-baiknya.
Ciri-ciri desa swadaya :
1.     Daerahnya terisolir dengan daerah lainnya
2.     Bersifat tertutup.
3.     Masyarakat memegang teguh adat.
4.     Teknologi masih rendah.
5.     Sarana dan prasarana sangat kurang.
·      Desa Swakarya
Desa swakarya adalah peralihan atau transisi dari desa swadaya menuju desa swasembada.
Ciri-ciri desa swakarya adalah:
1.     Kebiasaan atau adat istiadat sudah tidak mengikat penuh.
2.     Sudah mulai menpergunakan alat-alat dan teknologi
3.     Desa swakarya sudah tidak terisolasi lagi walau letaknya jauh dari pusat perekonomian.
4.     Telah memiliki tingkat perekonomian, pendidikan, jalur lalu lintas dan prasarana lain.
5.     Jalur lalu lintas antara desa dan kota sudah agak lancar.
·      Desa Swasembada
Desa swasembada adalah desa yang masyarakatnya telah mampu memanfaatkan dan mengembangkan sumber daya alam dan potensinya sesuai dengan kegiatan pembangunan regional.
Ciri-ciri desa swasembada :
1.    kebanyakan berlokasi di ibukota kecamatan.
2.    penduduknya padat-padat.
3.    tidak terikat dengan adat istiadat
4.    telah memiliki fasilitas-fasilitas yang memadai dan labih maju dari desa lain.
5.    partisipasi masyarakatnya sudah lebih efektif.


Macam-macam Gejala Masyarakat Pedesaan
Pada dasarnya didalam masyarakat pedesaan ini kita mengenal bermacam-macam gejala, diantaranya sebagai berikut :
a)    Konflik (pertengkaran)
Pertengkaran terjadi biasanya berkisar pada masalah sehari-hari rumah tangga dan sering menjalar keluar rumah tangga. Sedang sumber banyak pertengkaran itu rupa-rupanya berkisar pada masalah kedudukan dan gengsi, perkawinan, dsb.
b)    Kontroversi (pertentangan)
Pertentangan ini bisa disebabkan oleh perubahan konsep-konsep kebudayaan (adat istiadat), psikologi atau dalam hubungannya dengan guna-guna (black magic).
c)    Kompetisi (persiapan)
Masyarakat Pedesaan adalah manusia yang mempunyai sifat-sifat sebagai manusia biasa dan mempunyai saingan dengan manifestasi sebagai sifat ini. Oleh karena itu maka wujud persaingan itu bisa positif dan bisa negatif.
d)     Kegiatan pada Masyarakat Pedesaan
Masyarakat pedesaan mempunyai penilaian yang tinggi terhadap mereka yang dapat bekerja keras tanpa bantuan orang lain, jadi jelas bahwa masyarakat pedesaan bukanlah masyarakat yang senang diam-diam tanpa aktivitas.


Sifat dan Hakikat Masyarakat Pedesaan
Masyarakat pedesaan yang agraris biasanya dipandang antara sepintas kilas dinilai oleh orang-orang kota sebagai masyarakat tentang damai dan harmonis sehingga oleh orang kota dianggap sebagai tempat untuk melepaskan lelah dari segala kesibukan, keramaian, dan keruwetan atau kekusutan pikir.
Maka tidak jarang orang kota melepaskan segala kelelahan dan kekusutan pikir tersebut pergilah mereka ke luar kota, karena merupakan tempat yang adem ayem, penuh ketenangan. Tetapi sebenarnya ketenangan masyarakat pedesaan itu hanyalah terbawa oleh sifat masyarakat itu yang oleh Ferdinand Tonies diistilahkan dengan masyarakat Gemeinschaft (Paguyuban). Jadi Paguyuban masyarakat itulah yang menyebabkan orang-orang kota menilai sebagai masyarakat itu tenang harmonis, rukun dan damai dengan julukan masyarakat yang adem ayem. Tetapi sebenarnya di dalam masyarakat pedesaan ini mengenal bermacam-macam gejala, khususnya hal ini merupakan sebab-sebab bahwa di dalam masyarakat pedesaan penuh dengan ketegangan-ketegangan sosial.



MASYARAKAT PERKOTAAN

Kota merupakan hasil cipta, rasa, karsa, dan karya manusia yang paling rumit sepanjang peradaban. Kota bisa dibilang sebagai tempat yang padat dan dihuni oleh orang-orang yang heterogen (beraneka ragam). Pengertian kota secara umum adalah tempat bermukim, bekerja, dan kegiatan warga kota baik itu dalam bidang ekonomi, pemerintahan, dll. Para ahli memberikan pengertian kota sesuai dengan sudut pandang keilmuannya masing-masing. 
Masyarakat Perkotaan adalah masyarakat yang dihuni oleh orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya . Masyarakat kota ini pada umumnya telah mengikuti dampak dari era globalisasi sehingga sering kali pada umumnya muncul lah suatu individualisme yakni kurangnya rasa sosialisasi dengan orang lain.


Ciri-ciri masyarakat perkotaan:
1.    Kehidupan agamanya berkurang karna biasanya hanya duniawi saja yang di kejar nya tanpa mementingkan kelak akhirat nanti
2.    Biasanya banyak warga kota yang individualisme tanpa mementingkan orang lain
3.    Warga kota pada umumnya mendapatkan pekerjaan lebih banyak
4.    Perubahan-perubahan tampak nyata di kota karna sangat berpengaruh dari budaya luar
5.    Lebih sering terkena oleh dampak globalisasi

Klasifikasi Kota
A.   Menurut Jumlah Penduduk
1.      Kota Kecil           =  penduduknya antara 20.000 - 50.000 jiwa
2.      Kota sedang      =  penduduknya antara 50.000 - 100.000 jiwa
3.      Kota besar          =  penduduknya antara 100.000 - 1.000.000 jiwa
4.      Metropolitan       =  penduduknya antara 1.000.000 - 5.000.000 jiwa
5.      Megapolitan       =  penduduknya lebih dari 5.000.000 jiwa
B.   Menurut tingkat perkembangan
1.    Tahap eopolis, adalah tahap perkembangan desa yang sudah teratur dan masyarakatnya merupakan peralihan dari pola kehidupan desa kea rah kehidupan kota.
2.    Tahap polis, adalah suatu daerah kota yang sebagian penduduknya masih mencirikan sifat-sifat agraris.
3.    Tahap metropolis, adalah suatu wilayah kota yang ditandai oleh penduduknya sebagaian kehidupan ekonomi masyarakat ke sector industri.
4.    Tahap megapolis. adalah suatu wilayah perkotaan yang terdiri dari beberapa kota metropolis yang menjadi satu sehingga membentuk jalur perkotaan
5.    Tahap tryanopolis, adalah suatu kota yang ditandai dengan adanya kekacauan pelayanan umum, kemacetan lalu-lintas, tingkat kriminalitas tinggi.
6.    Tahap necropolis (kota mati), adalah kota yang mulai ditinggalkan penduduknya.


Perbedaan Antara Desa dan Kota
Kita dapat membedakan antara masyarakat desa dan masyarakat kota yang masing-masing punya karakteristik tersendiri. Masing-masing punya sistem yang mandiri, dengan fungsi-fungsi sosial, struktur serta proses-proses sosial yang sangat berbeda, bahkan kadang-kadang dikatakan “berlawanan” pula.
Masyarakat secara garis besar dapat dibedakan menjadi masyarakat perkotaan dan masyarakat pedesaan. Masyarakat perkotaan adalah sekumpulan orang yang tinggal di suatu tempat yang kehidupannya sudah serba modern. Sedangkan jelas kalau masyarakat pedesaan itu kehidupannya serba sederhana dan jauh dari serba modern.
Dalam masyarakat modern, sering dibedakan antara masyarakat pedesaan (rural community) dan masyarakat perkotaan (urban community). Menurut Soekanto (1994), perbedaan tersebut sebenarnya tidak mempunyai hubungan dengan pengertian masyarakat sederhana, karena dalam masyarakat modern, betapa pun kecilnya suatu desa, pasti ada pengaruh-pengaruh dari kota. Perbedaan masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan, pada hakekatnya bersifat gradual.
Warga suatu masyarakat pedesaan mempunyai hubungan yang lebih erat dan lebih mendalam ketimbang hubungan mereka dengan warga masyarakat pedesaan lainnya. Golongan orang-orang tua pada masyarakat pedesaan umumnya memegang peranan penting. Orang akan selalu meminta nasihat kepada mereka apabila ada kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Nimpoeno (1992) menyatakan bahwa di daerah pedesaan kekuasaan-kekuasaan pada umumnya terpusat pada individu seorang kiyai, ajengan, lurah dan sebagainya.


Aspek Positif dan Negatif Desa-Kota
Aspek positif :
  • adanya peran saling melengkapi antara desa dan kota
  • kota dan desa adalah saling membutuhkan
  • kemajuan desa dapat memacu kemajuan kota begitu sebaliknya
Aspek negatif :
  • desa biasanya lebih direndahkan dari kota
  • masyarakat kota biasanya tidak bisa menghargai adat yang ada di desa
  • kesenjangan sosial yang jauh antar masyarakat kota dan desa dapat menyebabkan perpecahan.



Hubungan Antara Desa dengan Kota
Masyarakat pedesaan dan perkotaan bukanlah dua komunitas yang terpisah sama sekali satu sama lain. Bahkan dalam keadaan yang wajar di antara keduanya terdapat hubungan yang erat, bersifat ketergantungan, karena di antara mereka saling membutuhkan. Kota tergantung pada desa dalam memenuhi kebutuhan warganya akan bahan-bahan pangan seperti beras, sayur-mayur, daging, dan ikan. Desa juga merupakan sumber tenaga kasar bagi jenis-jenis pekerjaan tertentu di kota, misalnya saja buruh bangunan dalam proyek-proyek perumahan, proyek pembangunan atau perbaikan jalan raya atau jembatan dan tukang becak. Mereka ini biasanya adalah pekerja-pekerja musiman. Pada saat musim tanam mereka, sibuk bekerja di sawah. Bila pekerjaan di bidang pertanian mulai menyurut, sementara menunggu masa panen mereka merantau ke kota terdekat untuk melakukan pekerjaan apa saja yang tersedia.
Sebaliknya, kota menghasilkan barang-barang yang juga diperlukan oleh orang desa seperti bahan-bahan pakaian, alat dan obat-obatan pembasmi hama pertanian, minyak tanah. Kota juga menyediakan tenaga-tenaga yang melayani bidang-bidang jasa yang dibutuhkan oleh orang desa tetapi tidak dapat dilakukannya sendiri.
Hubungan antara desa dengan kota cenderung terjadi secara alami yaitu yang kuat akan menang, karena itu dalam hubungan desa-kota, makin besar suatu kota makin berpengaruh dan makin menentukan kehidupan perdesaan.


Unsur Lingkungan Perkotaan
Secara umum dapat dikenal bahwa suatu lingkungan perkotaan dan mengandung 5 unsur yang meliputi :
1.    Wisma
Unsur ini merupakan bagian ruang kota yang dipergunakan untuk tempat berlindung terhadap alam sekelilingnya, serta untuk melangsungkan kegiatan-kegiatan sosial dalam keluarga.
2.    Karya
Unsur ini merupakan syarat yang utama bagi eksistensi suatu kota, karena unsur ini merupakan jaminan bagi kehidupan bermasyarakat.
3.    Marga
Unsur ini merupakan ruang perkotaan yang berfungsi untuk menyelenggarakan hubungan antara suatu tempat dengan tempat lainnya di dalam kota (hubungan internal), serta hubungan antara kota itu dengan kota-kota atau daerah lainnya (hubungan eksternal).
4.    Suka
Unsur ini merupakan bagian dari ruang perkantoran untuk memenuhi kebutuhan penduduk akan fasilitas-fasilitas hiburan, rekreasi, pertamanan, kebudayaan, dan kesenian.
5.    Penyempurnaan
Unsur ini merupakan bagian yang penting bagi suatu kota, tetapi belum secara tepat tercakup ke dalam ke empat unsur di atas, termasuk fasilitas keagamaan, perkuburan kota, fasilitas pendidikan dan kesehatan, jaringan utilitas umum.



Contoh Kasus Masyarakat Desa-Kota


Gelandangan dan pengemis (gepeng) merupakan salah satu dampak negatif pembangunan, khususnya pembangunan perkotaan. Keberhasilan percepatan pembangunan di wilayah perkotaan dan sebaliknya keterlambatan pembangunan di wilayah pedesaan mengundang arus migrasi desa-kota yang antara lain memunculkan gepeng karena sulitnya pemukiman dan pekerjaan diwilayah perkotaan dan pedesaan.
Masalah umum gelandangan dan pengemis pada hakikatnya erat terkait dengan masalah ketertiban dan keamanan yang menganggu ketertiban dan keamanan di daerah perkotaan. Dengan berkembangnya gepeng maka diduga akan memberi peluang munculnya gangguan keamanan dan ketertiban, yang pada akhirnya akan menganggu stabilitas sehingga pembangunan akan terganggu, serta cita-cita nasional tidak dapat diwujudkan. Jelaslah diperlukan usaha-usaha penanggulangan gepeng tersebut.
Tampaknya gepeng tetap menjadi masalah dari tahun ke tahun, baik bagi wilayah penerima (perkotaan) maupun bagi wilayah pengirim (pedesaan) walaupun telah diusahakan penganggulangannya secara terpadu di wilayah penerima dan pengirim. Setiap saat pasti ada sejumlah gepeng yang kena razia dan dikembalikan ke daerah asal setelah melalui pembinaan.
        Jadi dorongan kemiskinan di desa dan daya tarik pendapatan di kota mengakibatkan gejala urbanisasi berlebih, yang sejumlah orang (yang belum pernah terjadi sebelumnya) menyerbu ke kota, sehingga kota menjadi terlalu besar dan tumbuh terlalu pesat. Di dalam proses selanjutnya, timbulah masalah-masalah sosial yang sangat besar dan mereka banyak terlibat dalam kegiatan sektor informal perkotaan. Sebagian besar mereka yang terlibat di sektor informal di kota dating dari daerah
pedesaan dan mereka masih tetap melakukan kontak dengan desa asal.
Berkaitan dengan migrasi, Harbinson  (1981) menyatakan bahwa rumah tangga
mempunyai tiga fungsi dalam hubungannya dengan pengambilan keputusan bermigrasi. Pertama, dikebanyakan masyarakat yang masih agraris di mana rumah tangga sebagai unit subsistensi, komponen utama subsistensi secara
langsung akan berasal dari interaksi antara rumah tangga dengan lingkungannya.  Kedua, rumah tangga berfungsi sebagai tempai sosialisasi dan tempat mendapatkan latihan sosialisasi seperti nilai-nilai, tradisi, kebudayaan serta kewajiban-kewajiban dalam sistem kekerabatan. Fungsi ketiga, rumah tangga adalah menyediakan ketentuan-ketentuan kelompok sosial dan jalinan individu dalam masyarakat.
Jalinan ini memberikan informasi mengenai lingkungan tempat tinggal baik baik di daerah asal maupun daerah tujuan. Hal ini menunjukkan individu-individu mendapat bantuan dan tempat jalinan kelompok sosial yng dibentuk secara efektif.
Dengan demikian, kegiatan menggepeng dalam peranan dari fungsi keluarga inilah yang diduga sangat berperan dalam mendorong banyak anggota rumah tangga terutama anak-anak yang melakukan kegiatan menggepeng.


Kesimpulan
Masyarakat pedesaan adalah masyarakat yang pada umumnya masih memegang nilai-nilai cultural atau kebudayaan dan adat-adat yang leluhur mereka ajarkan. Sedangkan Masyarakat Perkotaan adalah masyarakat yang dihuni oleh orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya . Masyarakat kota ini pada umumnya telah mengikuti dampak dari era globalisasi sehingga sering kali pada umumnya muncul lah suatu individualisme yakni kurangnya rasa sosialisasi dengan orang lain.
Jadi intinya, masyarakat perkotaan secara tidak langsung membutuhkan adanya masyarakat pedesaan, begitu pula dengan sebaliknya, masyarakat pedesaan juga membutuhkan keberadaan masyarakat perkotaan, meskipun keduanya memiliki perbedaan ciri-ciri dan aspek-aspek yang terdapat di dalam diri mereka. Keduanya memiliki aspek positif dan aspek negatif yang saling mempengaruhi keduanya dan saling berkesinambungan.


DAFTAR PUSTAKA



Harwantiyoko dan Neltje F Katuuk. 1996. MKDU Ilmu Sosial Dasar. Jakarta : Gunadarma.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar